Remaja dan Masalah Kesehatan: Tantangan, Risiko, dan Jalan Keluar

Remaja dan Masalah

 

Masa Remaja: Antara Krisis dan Peluang

Remaja sering disebut sebagai masa transisi yang penuh gejolak. Dari sisi biologis, mereka mengalami pubertas, suatu fase ketika tubuh tumbuh pesat, hormon meningkat, dan fungsi reproduksi mulai matang. Tubuh yang tadinya mungil berubah cepat: suara anak laki-laki menjadi berat, anak perempuan mulai mengalami menstruasi, dan perubahan fisik lain yang menandai kedewasaan biologis.

Namun perubahan tidak hanya berhenti pada tubuh. Dari sisi psikologis, remaja mulai bisa berpikir abstrak, menganalisis sesuatu lebih dalam, dan memahami dunia dengan cara yang lebih kompleks. Mereka mampu melihat suatu masalah dari berbagai sisi, tetapi pada saat yang sama, emosi mereka sering tidak stabil. Mudah marah, gampang tersinggung, cepat senang tapi juga cepat kecewa, itulah dinamika emosi khas masa remaja.

Secara sosial, remaja berusaha melepaskan diri dari ketergantungan keluarga. Mereka ingin dianggap mandiri, bisa membuat keputusan sendiri, dan merasa lebih tahu tentang hidupnya. Padahal, di balik semua itu, mereka masih berada dalam fase pencarian identitas: “Siapa saya sebenarnya?”, “Apa tujuan hidup saya?”, “Mau jadi apa di masa depan?” pertanyaan-pertanyaan inilah yang sering menghantui seorang remaja.

Tak heran, banyak ahli menyebut masa remaja sebagai periode krisis identitas. Krisis ini tidak selalu berarti negatif. Justru, jika diarahkan dengan baik, masa remaja bisa menjadi titik balik untuk menumbuhkan potensi luar biasa. Namun, tanpa bimbingan yang tepat, remaja rawan terjebak pada masalah kesehatan, baik fisik maupun mental.

 

Mengapa Kesehatan Remaja Itu Penting?

Sering kali orang beranggapan bahwa remaja adalah kelompok usia yang paling sehat. Mereka masih muda, penuh energi, jarang sakit serius, dan mampu beraktivitas sepanjang hari. Namun anggapan ini tidak sepenuhnya benar.

Statistik menunjukkan bahwa banyak remaja menghadapi risiko kesehatan serius: mulai dari gangguan mental, penyakit akibat gaya hidup, kecelakaan, hingga perilaku berisiko seperti merokok, seks bebas, atau penyalahgunaan narkoba. Bahkan, WHO menyebutkan bahwa sebagian besar kebiasaan buruk yang memicu penyakit kronis di usia dewasa justru mulai terbentuk di masa remaja.

Dengan kata lain, masa remaja adalah “fondasi kesehatan” untuk masa depan. Jika di usia ini mereka terbiasa makan sehat, aktif bergerak, mengelola stres, dan menghindari perilaku berisiko, maka kemungkinan besar mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat, produktif, dan bahagia. Sebaliknya, jika sejak remaja sudah terjebak pola hidup buruk, dampaknya akan terasa hingga dewasa, bahkan bisa mempersingkat harapan hidup.

 

 

Tantangan Kesehatan yang Dihadapi Remaja

Indonesia, seperti banyak negara berkembang lain, masih menghadapi sejumlah masalah kesehatan pada remaja. Beberapa di antaranya sangat umum, tetapi jarang disadari karena dianggap wajar atau sepele. Berikut ini delapan masalah kesehatan yang paling rentan menyerang remaja:

1. Gangguan Kesehatan Mental

Depresi, kecemasan, hingga rasa putus asa adalah masalah nyata di kalangan remaja. Tekanan akademik, konflik keluarga, perundungan di sekolah, hingga pengaruh media sosial bisa memicu stres yang berlebihan.

Sayangnya, banyak orang tua masih menganggap gangguan mental sebagai hal remeh: “Ah, paling cuma manja,” atau “Nanti juga sembuh sendiri.” Padahal, jika dibiarkan, depresi bisa berujung pada tindakan ekstrem seperti menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.

Remaja butuh didengarkan. Mereka butuh ruang aman untuk berbagi tanpa takut dihakimi. Orang tua sebaiknya menjadi teman diskusi, bukan hakim yang selalu mengkritik. Dengan komunikasi terbuka, anak lebih mudah mengatasi masalah mentalnya.

2. Gangguan Pola Makan

Di era media sosial, banyak remaja terobsesi dengan bentuk tubuh ideal. Demi terlihat langsing atau berotot, mereka mencoba diet ekstrem yang berisiko tinggi. Akibatnya, muncul gangguan makan seperti:

  • Anoreksia nervosa: menolak makan karena takut gemuk.
  • Bulimia nervosa: makan berlebihan lalu memuntahkan kembali karena merasa bersalah.
  • Binge eating disorder: tidak bisa mengendalikan nafsu makan, sehingga terus makan meski tidak lapar.

Gangguan makan bukan sekadar soal fisik. Ini adalah penyakit serius yang memengaruhi kesehatan mental, emosi, bahkan bisa berakibat fatal jika tidak ditangani.

3. Wasting (Berat Badan Rendah)

Banyak orang lebih mengenal stunting (tinggi badan pendek akibat gizi buruk kronis). Namun ada juga masalah wasting, yakni kondisi ketika berat badan remaja sangat rendah untuk ukuran usianya, meski tinggi badan masih normal.

Wasting biasanya muncul akibat infeksi atau kekurangan makan dalam waktu singkat. Jika cepat ditangani, kondisinya bisa pulih. Namun bila dibiarkan, remaja akan mudah lelah, kurang fokus belajar, bahkan rentan sakit.

4. Obesitas

Di sisi lain, ada juga remaja yang justru mengalami obesitas karena pola makan tidak sehat. Makanan cepat saji, minuman manis, camilan tinggi kalori, ditambah kurang aktivitas fisik, membuat berat badan melonjak drastis.

Obesitas tidak hanya berdampak pada penampilan. Risiko penyakit serius seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan gangguan hati meningkat tajam. Belum lagi dampak psikologisnya: remaja obesitas sering mengalami ejekan, minder, hingga depresi.

5. Anemia

Anemia masih menjadi masalah besar di Indonesia, terutama pada remaja putri. Kekurangan zat besi akibat pola makan yang tidak seimbang membuat tubuh kekurangan sel darah merah sehat.

Akibatnya, remaja mudah lelah, sulit konsentrasi, dan prestasi belajar menurun. Lebih serius lagi, anemia pada remaja putri bisa berdampak buruk saat mereka hamil di kemudian hari: risiko bayi lahir prematur, berat lahir rendah, hingga stunting lebih tinggi.

 

6. Kecanduan Rokok

Data menunjukkan sebagian besar perokok mulai mencoba rokok sejak usia remaja. Awalnya hanya iseng atau ikut-ikutan teman, lama-lama menjadi kebiasaan. Padahal, satu batang rokok saja sudah mengandung ribuan zat berbahaya yang bisa merusak paru-paru, jantung, hingga memicu kanker.

Ironisnya, iklan rokok masih banyak menyasar anak muda dengan citra keren, gagah, dan bebas. Tanpa kesadaran diri dan pengawasan keluarga, remaja mudah terjebak menjadi perokok aktif.

7. Diabetes pada Remaja

Dulu, diabetes lebih dikenal sebagai penyakit orang dewasa. Namun kini, remaja pun bisa terkena diabetes tipe 2 akibat pola hidup tidak sehat. Minuman manis, fast food, camilan tinggi gula, ditambah kebiasaan duduk berjam-jam bermain game atau scroll media sosial, membuat risiko diabetes semakin tinggi.

 

8. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Perilaku seksual berisiko di kalangan remaja sering muncul karena rasa penasaran. Sayangnya, pengetahuan mereka tentang seks yang sehat dan aman masih sangat minim. Banyak orang tua merasa tabu membicarakan seks dengan anak, sehingga informasi mereka lebih banyak berasal dari internet atau teman sebaya yang belum tentu benar.

Akibatnya, risiko terkena IMS seperti HIV, sifilis, atau gonore meningkat. Edukasi seksual yang benar, terbuka, dan sesuai usia sangat penting untuk mencegah hal ini.

 

Remaja, Perilaku Berisiko, dan Pentingnya Pendidikan Sehat

Masalah kesehatan remaja tidak muncul begitu saja. Banyak di antaranya berawal dari perilaku berisiko yang diambil karena pengaruh lingkungan, tekanan teman sebaya, atau kurangnya edukasi.

Kabar baiknya, sebagian besar masalah ini bisa dicegah. Caranya bukan hanya dengan memberikan informasi, tetapi juga membekali remaja dengan life skills atau kecakapan hidup: bagaimana mengambil keputusan sehat, bagaimana menolak ajakan negatif, bagaimana mengelola stres, hingga bagaimana merawat diri sendiri.

Selain itu, layanan kesehatan ramah remaja juga sangat penting. Banyak remaja enggan berobat ke puskesmas atau klinik karena merasa malu atau takut dihakimi. Jika ada layanan yang lebih ramah, aksesibel, dan tidak menggurui, mereka akan lebih mudah mencari pertolongan sejak dini.

 

Penutup: Generasi Sehat, Generasi Kuat

Remaja bukan sekadar “usia transisi” yang bisa dibiarkan berjalan sendiri. Mereka adalah calon pemimpin masa depan, aset bangsa yang harus dijaga sejak dini. Tantangan kesehatan yang mereka hadapi memang beragam, mulai dari depresi hingga diabetes, dari anemia hingga infeksi menular seksual.

Namun semua tantangan ini bisa diatasi jika ada sinergi: keluarga yang mendukung, sekolah yang memberikan edukasi sehat, layanan kesehatan yang ramah, serta kebijakan negara yang berpihak pada kesehatan generasi muda.

Ingatlah, kualitas remaja hari ini akan menentukan wajah bangsa di masa depan. Jika remaja tumbuh sehat fisik, mental dan sosial, maka Indonesia akan melahirkan generasi yang kreatif, produktif, dan siap bersaing di dunia global.

Baca Juga: Tips Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Digital

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top